Budidaya keramba jaring apung merupakan cara budidaya yang dapat dilakukan di laut, sungai ataupun di danau. Dengan keadaan air yang cukup tinggi dengan kualitas ait yang cukup memadai untuk melakukan budidaya, Keramba menjadi pilihan yang bagus untuk melakukan budidaya. Keramba Jaring Apung adalah suatu sarana pemeliharaan ikan atau biota air yang kerangkanya terbuat dari bambu, kayu, pipa pralon atau besi berbentuk persegi yang diberi jaring dan diberi pelampung seperti drum plastik atau streoform agar wadah tersebut tetap terapung di dalam air.

Kerangka dan pelampung berfungsi untuk menahan jaring agar tetap terbuka di permukaan air, sedang jaring yang tertutup di bagian bawahnya digunakan untuk memelihara ikan selama beberapa bulan.

Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
Dalam budidaya ikan, kita bisa melakukannya dalam beberapa media, salah satunya adalah media keramba jaring apung. Budidaya ikan keramba jaring apung bisa di lakukan baik di sungai yang dalam, danau, di atas kolam terpal, hingga laut.

Budidaya ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya pembesaran ikan nila yang efisien dan efektif, model sistem budidaya ini telah terbukti lebih efisien, baik efisien secara teknis ataupun ekonomis.

Dengan luasan media yang sempit, kita bisa melipat gandakan hasil panen ikan tanpa harus menambah biaya yang besar. Pola yang di pakai adalah mengintensifkan pola budidaya ikan tersebut, memang ahirnya akan berdampak pada biaya tinggi namun bisa didapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula.

Jika kita kelola dengan benar, sungai mempunyai potensi yang luar biasa dan dapat menghasilkan uang dalam jumlah besar. Peluang yang sangat baik ini akan membuat lapangan pekerjaan bagi warga setempat juga.

Baca Juga :  Cara Budidaya Kutu Air

Peralatan Budidaya Kerambang Jaring Apung
Media untuk pembesaran dalam Budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) umumnya berukuran 4x4x3 m3, spesifikasi teknis keramba jaring apung ukuran 4x4x3 m3 adalah sebagai berikut :
  • Pelampung : Terbuat dari bahan styrofoam atau drum, berbentuk silindris, jumlah pelampung minimal 8 buah/jaring.
  • Tali jangkar : Terbuat dari bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah sebanyak 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci.
  • Jangkar : Terbuat dari bahan besi atau blok beton atau batu, berbentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah, jumlah sebanyak 5 buah/jaring;
  • Jaring :Jaring terbuat dari bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring sebanyak 122,5 m (7x7x2,5 m3).
  • Luas peruntukan areal pemasangan keramba jaring apung maksimal 10% dari luas potensi perairan atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah. Selain itu mesti memiliki  pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan sampan.
Penebaran Benih Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
  • Sebagai upaya sterilisasi, sebelum benih ditebar, benih sebaiknya direndam dahulu dalam larutan Kalium Pemanganat konsentrasi 4 – 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Lakukan adaptasi suhu benih agar suhu pada kemasan ikan sama dengan suhu di Keramba Jaring Apung dengan cara merendam wadah kemasan benih ke Keramba Jaring Apung selama 1 (satu) jam. 
  • Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya ikan tidak mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, berat 30 – 50 gr dan padat tebar 50 – 70 ekor/m3. Pakan yang diberikan untuk pembesaran ikan nila adalah lambit. 
Pemeliharaan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
Lama pemeliharaan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung mencapai 4 bulan (untuk ikan Nila) dengan tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate sebanyak 80%. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% dari bobot total ikan. Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,3. 

Pengelolaan Panen Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
  • Panen ikan sudah dapat dilakukan berdasarkan permintaan pasar, namun biasanya ukuran panen pada kisaran 500 gram/ekor. Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar. Hal yang harus diperhatikan supaya ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar antara lain:
  • Pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C;
  • Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari;
  • Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.





Semoga Bermanfaat