Manajemen usaha budidaya Ikan / udang
1. Ada dua macam skala analisa usaha budidaya ikan / udang : 
a.  Skala rumah tangga
b.  Skala perusahaan : membutuhkan manajemen yang baik.
2. Dalam menjalankan usaha perlu diketahui biaya yang harus dikeluarkan. 
3. Usaha dikatakan layak dikembangkan bila ke-untungan yang diperoleh jumlahnya memadai.

Analisa usaha budidaya Ikan / udang
Analisis usaha yang dilakukan  adalah  untuk menilai, memperbaiki dan memilih alternatif pengorbanan dan perolehan dari suatu usaha :
Tujuan 
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh usaha tersebut akan memberikan benefit yang lebih besar atas biaya bagi penyelenggaraannya
Kegunaan 
Hasil dari analisa usaha tersebut digunakan untuk menentukan kelayakan dari suatu usaha.

Analisa usaha dalam manajemen usaha budidaya meliputi modal investasi, modal kerja, break even point, harga jual, penyusutan, return of invesment (roi), benefit cost ratio (b/c)
  • Modal investasi  adalah modal yang disediakan untuk pengadaan sarana, bersifat fisik dan bukan fisik, tetapi akan terikat menjadi “asset”. Jadi semua beaya yang dikeluarkan selama tambak / kolam belum mulai produksi, dapat dimasukkan ke dalam golongan modal investasi, asalkan pengeluaran tersebut tertanam dalam sarana atau usaha untuk mengadakan sarana dalam jangka waktu cukup lama. Membayar bunga dari modal investasi yang dipinjam selama periode investasi.  Contoh : tanah, bangunan, mesin, peralatan, latihan personil, beaya perencanaan, membeli lisensi (minta hak patent), mengurus ijin-ijin, membeayai kegiatan personil yang melaksanakan pendirian perusahaan, pengdaan alat-alat transpor, pengadaan peralatan kantor, pengadaan perabot kantor, membeayai keperluan untuk produksi percobaan, pengadaan instalasi air dan listrik, membeayai pengeluaran lain selama periode investasi.
  • Modal kerja adalah modal yang diperlukan untuk membeayai seluruh kegiatan agar usaha berjalan lancar sesuai dengan rencana, setelah investasi dianggap memadai. Diantaranya : pengadaan bahan baku, biaya produksi, dan biaya penjualan.
Modal  investasi atau modal tetap pada usaha budidaya di tambak meliputi :
1.  Sewa lahan
2. Pompa
3. Pintu air
4. Saluran
5. Rumah jaga
6. Kincir air

Modal kerja pada usaha budidaya di tambak meliputi :
1. Pembelian benur
2. Pembelian  pakan
3. Pembelian pupuk
4. Pembelian pestisida
5. Upah tenaga kerja
6. Pembelian bahan bakar
7. Biaya panen
8. Biaya perawatan dll.

Biaya didefinisikan sebagai benda atau kekayaan /harta yang dikorbankan sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan berupa keuntungan atau laba  
  • Biaya ada 2 macam : biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
  • Biaya tetap : adalah biaya yang sebagian atau seluruhnya tidak berubah dengan adanya perubahan volume produksi
  • Biaya tidak tetap mengalami perubahan.

Kategori biaya berdasarkan penggunaan faktor-faktor produksi :
   1.  Biaya bahan-bahan 
   2. Biaya tenaga kerja (upah)
   3. Biaya penyusutan
   4. Biaya penjualan
   5. Biaya perawatan
   6. Biaya lain-lain.
Pendapatan
Pendapatan adalah nilai jual barang atau jasa yang dihasilkan oleh rumah tangga usaha. Sedangkan nilai penjualan adalah harga yang diperoleh oleh sutau barang atau jasa, bila barang atau jasa tersebut dijual.

Pendapatan = produk x harga penjualan

Dalam usaha budidaya ikan / udang pendapatan berasal dari produksi ikan / udang yang dikalikan dengan harga ikan / udang saat panen dan dinyatakan dalam bentuk uang.
Penyusutan

Cara menghitung penyusutan ada 5 macam :
  1. Penyusutan secara garis lurus : penyusutan benda modal sama setiap tahun. Misalnya harga mobil rp. 50.000.000,- dan umurnya ditaksir 5 tahun, maka setiap tahun disusut rp. 10.000.000,-
  2. Penyusutan secara prosentase tetap. Sama dengan cara pertama hanya dinyatakan dalam persen
  3. Penyusutan secara digit sum of years. Misal sebuah mesin berumur 5 tahun. Maka besarnya penyusutan berbeda-beda setiap tahunnya. Pada tahun pertama akan disusut sebesar : 5 / (1 + 2 + 3 + 4 + 5 ) x (harga beli – harga sisa). Tahun ke dua disusut 4 / ( 1 + 2 + 3 + 4 + 5 ) x (harga beli – harga sisa). Tahun ke lima disusut 1 / ( 1 + 2 + 3 + 4 + 5 ) x (harga beli – harga sisa).
  4. Penyusutan dengan cara memperhitungkan taksiran hasil pelayanan mesin selama taksiran jangka waktu umurnya. Misal sebuah mesin ditaksir umur ekonomisnya 5 tahun. Harga beli 50 juta rupiah. Setelah 5 tahun harga jual 8 juta rupiah. Maka nilai pelayanan mesin selama 5 tahun adalah 42 juta rupiah. Penyusutan setiap tahun 1/5 x 42 juta = 8 juta 400 ribu rupiah.
  5. Penyusutan secara terpendam (sinking fund method). Nilai pelayanan mesin merupakan dana yang ditanam yang harus dikembalikan secara cicilan setipa tahun, dengan menghitung bunga berbunga. Besarnya penyusutan setiap tahun :. Rp. 42.000.000,- x  i / (1 + i) n – 1. Dimana i = bunga bank. N adalah tahun perhitungan umur ekonomisnya.
Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya total. Bila dalam suatu usaha , pendapatan lebih besar dibanding dengan biaya yang digunakan maka nilai laba akan plus, berarti usaha tersebut memperoleh keuntungan
Untuk memperoleh keuntungan, usaha harus ditingkatkan dengan cara :
a. Menaikkan harga jual
b. Menjaga harga tetap, tetapi volume penjualan harus diperbesar
c. Menaikkan harga jual dan meningkatkan volume penjualan. 

Return of invesment (roi)
Return of invesment (roi) merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu.
Analisis roi dihitung untuk mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembaliakan modal yang telah ditanam. Dengan demikian dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut. 

Besar kecilnya roi ditentukan oleh :
1. Kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba
2. Kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal
3. Penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan.

Besarnya roi dapat diperoleh dengan rumus seperti berikut :

Roi = laba usaha : modal usaha

Break even point
Break even point adalah suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi.

Untuk menentukan bep, hal yang harus diketahui  yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga jual dan tingkat produksi. 

Bep dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : bep = biaya tetap : 1 – ( biaya variabel : penjualan) 

Benefit cost ratio ( b / c ) adalah nilai kelayakan suatu usaha.  Yang fungsinya untuk mengetahui sesuatu harus diproduksi pada periode berikutnya

Benefit cost ratio ( b/c ) mempunyai 3 kemungkinan, yaitu :
1. Bila b/c lebih besar dari 1, maka  proyek  diterima (b/c > 1)
2. Bila b/c lebih kecil dari 1, maka proyek  ditolak (b/c < 1)
3. Bila b/c sama dengan 1, tercapai break even point ( bep). 

Apabila b/c = 1 tergantung dari investor yang bersang-kutan, apakah usaha tersebut akan terus dilaksanakan atau tidak.
Rumus b/c adalah sebagai berikut :

B / c = hasil penjualan : modal produksi. 

Contoh : usaha budidaya udang windu sistem  semi-intensif . 
I. Biaya tetap
1. sewa kontrak lahan 1 ha
@ rp. 1000,- / m2____________________rp. 10.000.000,-
2. Pembuatan saluran pemasukan 100 m.
@ rp. 20.000,- / m____________________rp.    2.000.000,-
3. Pembuatan  saluran pembuangan 100 m
@ rp. 20.000,- / m____________________rp.     2.000.000,-
4. pembuatan 2 petakan tambak 
@ rp. 1.000.000,-_____________________rp.     2.000.000,-
5. pintu air 4 buah
@ rp. 200.000,-_______________________rp.        800.000,-


II. Biaya tidak tetap 
Untuk target produksi  750 kg / musim / ha.

III. Penyusutan investasi 20 % 
20 % x rp. 14.600.000,-__________________rp.      2.920.000,-

IV. Jumlah modal usaha
Rp. 14.600.000,- + rp. 6.850.000,-__________rp.    21.450.000,-

V. Hasil penjualan per musim 750 kg
@ rp. 40.000,-__________________________rp.   30.000.000,-

VI. Keuntungan permusim
rp. 30.000.000,__________________________rp. 2.920.000,- +
rp. _6.850.000,__________________________rp. 20.230.000,-

Berdasarkan hasil  perhitungan tersebut, berarti bahwa dengan pendapatan dari penjualan udang Rp. 8.920.249,85,-. Petambak udang tidak akan mendapatkan laba atau kerugian yang berarti impas. berdasarkan hasil perhitungan nilai keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut 9,9%.
Nilai tersebut berarti dengan modal rp. 21.450.000,- diperoleh penjualan sebesar 1,3986 kali. 

Semoga Bermanfaat